Gunungkidul telah dihuni oleh spesies manusia sejak 700 ribu tahun lalu. Banyak ditemukan bukti-bukti arkeologis keberadaan manusia tersebut yang ditemukan di gua-gua & ceruk-ceruk di perbukitan karst Gunung Kidul, terutama di Disktrik Ponjong. Kecenderungan manusia menempati Gunung Kidul saat itu dikarenakan sebagian akbar dataran rendah di Yogyakarta sedang digenangi air.[2] Kedatangan manusia pertama di Gunungkidul terjadi pada penghabisan periode Pleistosen. Saat itu, manusia Ras Australoid bermigrasi dari Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur melintasi lembah-lembah karst Wonogiri, Jawa Tengah hingga penghabisannya mencapai pesisir pantai selatan Gunung Kidul melintasi jalur Bengawan Solo purba.[3]
Dari sekitar 460 gua karst di Gunung Kidul, hampir setengahnya menjadi hunian manusia purba. Dari 72 gua horizontal di ujung utara Gunung Sewu, tepatnya di Disktrik Ponjong yang terapit Ledok Wonosari di barat dan Ledok Baturetno di timur, 14 goa di selangnya merupakan kesan hunian manusia purba, dan dua di selangnya sudah diekskavasi yaitu Song Bentar dan Song Blendrong.[3] Di ceruk Song Bentar yang pernah menjadi hunian Homo sapiens ditemukan delapan individu yang terdiri dari: 5 dewasa, 2 anak-anak, dan 1 bayi juga ditemukan alat-alat batu seperti batu giling, beliung persegi, dan mata panah. Sementara di Song Blendrong ditemukan banyak tulang, peralatan batu, tanduk, dan serut kerang yang berserakan di lantai ceruk.[2]
Selain itu, di Goa Seropan di Disktrik Semanu juga ditemukan bukti keberadaan manusia purba. Di lorong lama gua itu banyak ditemukan cetakan tulang purba di dinding-dinding lorong. Sementara di lorong baru, yang tidak kekurangan pada kedalaman 60 m, dan baru muncul setelah terjadinya banjir di sungai bawah tanah tahun 2008, ditemukan potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia.[2]
Lain-lain
Tombak Kyai Marga Salurung
Pusaka Tombak Kyai Marga Salurung merupakan pusaka pemberian dari Raja Yogyakarta, Hamengkubuwono X pada Ahad27 Mei2001, saat Perayakan Hari Jadi ke-170 Kabupaten Gunungkidul.
Tombak pusaka yang mempunyai dhapur baru cekel, warangka kajeng sanakeling melambangkan supaya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul tetap mempunyai tekad utama kepada mencapai cita-cita luhur yang berakar masif dan selalu berpihak kepada rakyat. Para pemimpin dan rakyatnya mempunyai sikap salurung atau searah setujuan, seia sekata, saiyeg-saeka- kapti dalam koridor demokrasi yang berarti berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, yang sadar haknya, namun juga menghormati hak orang lain dan tahu pasti kewajibannya.
Tombak Kyai Panjolo Panjul
Songsong (Payung) Kyai Robyong
Batasan wilayah
Utara : Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman
Timur : Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Selatan : Samudra Hindia atau sering dikata dengan Pantai Laut Selatan
Barat :Disktrik Imogiri, Pundong,Dlingo, Piyungan, Kabupaten Bantul
Disktrik
Gedangsari
Girisubo
Karangmojo
Ngawen
Nglipar
Paliyan
Panggang
Patuk
Playen
Ponjong
Purwosari
Rongkop
Saptosari
Semanu
Semin
Tanjungsari
Tepus
Wonosari
Pranala luar
Panduan Pariwisata Kawasan Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya
Informasi Seputar Gunungkidul
Referensi
^"Perpres No. 6 Tahun 2011". 2011-02-17. Retrieved 2011-05-23.
^abcKompas - Melacak manusia purba Gunung Kidul diakses pada 6 November 2009
^abKompas - Daya Adaptasi Penghuni Lembah Karst diakses 28 Agustus 2006
Tags (tagged): kumpulan belajar umum, kabupaten gunung, kidul, prestasi, 485 36, km 2, populasi, total 748 119, jiwa 2010, kepadatan, 503, zaman prasejarah, gunungkidul telah, dihuni, oleh spesies, song, bentar song, blendrong, 3 ceruk song, sanakeling melambangkan, agar, pemerintah kabupaten, kumpulan, belajar umum, 2011, 2011 02, retrieved 2011, 05, 23 a b, c kompas, melacak, kabupaten gunung kidul, kabupaten, gunung